
SUPM Negeri Tegal merupakan Sekolah Perikanan pertama di Indonesia dan yang pertama di Asia Tenggara.
Pada zaman penjajahan Belanda, Sekolah Kejuruan Perikanan belum ada. Rintisan dimulai pada jaman penjajahan Jepang, berupa latihan-latihan pemuda, latihan pemuda pertanian, latihan pemuda perikanan yang disebut juga “gyomin-dozo”; dilaksanakan di Tegal, Rembang, dan Batang. Pelatihan ini mengutamakan pemuda-pemuda yang bermukim di daerah pantai di seluruh pulau Jawa. Masa pelatihan tiga bulan dengan materi latihan meliputi dasar-dasar pelayaran dan perikanan. Mereka yang telah selesai mengikuti latihan dikembalikan ke daerahnya masing-masing untuk dapat bekerja di sektor perikanan.
Tahun 1950, Kementerian Kemakmuran Pusat Jawatan Perikanan mendirikan Sekolah Djawatan Perikanan yang kemudian diubah menjadi Sekolah Perikanan Laut (SPL).
Secara kelembagaan, Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) di Tegal didirikan tanggal 2 Desember 1962 oleh Departemen Pertanian. Tujuan pendirian tersebut adalah untuk menghasilkan tenaga teknis perikanan guna mengisi kebutuhan pegawai perikanan pada instansi pemerintah. Pada tahun 1962 – 1969 lulusan SUPM Tegal ditempatkan di pusat, provinsi maupun di kabupaten sebagai teknisi perikanan.
Tahun 1965-1966 mulai diarahkan untuk penjurusan, namun masih sangat umum, materi: perikanan umum, keahlian penangkapan dan motorisasi kapal penangkap ikan.
Tahun 1970– 1984, ketika pengembangan perikanan laut diarahkan ke perikanan industri, sebagian besar lulusan direkrut untuk mengisi kebutuhan tenaga teknis dek dan mes
in kapal pada kapal-kapal penangkap ikan yang beroperasi di perairan Indonesia Timur.
Tahun 1985 – 1990, dalam rangka mencapai swasembada pangan, pada periode tersebut para lulusan SUPM Tegal direkrut untuk mengisi kebutuhan penyuluh perikanan lapangan di Indonesia.
Tahun 1991–1995, ketika industri penangkapan ikan tuna segar berkembang di Indonesia. Pada periode itu, para lulusan direkrut untuk mengisi kebutuhan tenaga Perwira Deck maupun Perwira Mesin pada kapal long line yang beroperasi di Samudera Hindia maupun di perairan ZEE.
Pada tahun 1996 – 2000, kebutuhan tenaga kerja pada kapal perikanan di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah lulusan sekolah perikanan setiap tahunnya. Sementara itu, di Jepang dan negara maju lainnya di Eropa, ABK setempat cenderung beralih mencari pekerjaan yang beresiko rendah. Oleh karena itu, mereka membutuhkan ABK pengganti dari negara lain. Peluang ini dimanfaatkan oleh SUPM Tegal, dan pada periode itu para lulusannya mengisi kebutuhan tenaga ABK kapal perikanan Jepang dan negara maju lainnya.
Tahun 2001, SUPM Tegal berada di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.26L/Men/2001.
Tahun 2001 – sekarang, lulusan SUPM Tegal terbaik direkrut oleh DKP untuk ditempatkan sebagai teknisi perikanan pada instansi perikanan di bawah DKP seperti SUPM, Balai Pelatihan Perikanan, Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Balai Budidaya Perikanan, Balai Karantina Ikan, Kapal Latih Perikanan, Pengawas Perikanan, dan Pelabuhan Perikanan.Sedangkan lulusan lainnya bekerja di perusahaan perikanan dalam negeri maupun luar negeri. Setiap tahun ± 60 – 70 orang lulusan SUPM Tegal Program Studi Nautika Perikanan Laut dan Teknika Perikanan Laut dikirim untuk bekerja ataupun magang ke Jepang.
